Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir (Usia SD)

Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir (Usia SD) 
 
Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ni dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun.

A.   Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik cendrung lebih stabil atau tenang. Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan. Perubahan nyata terlihat pada sistem tulang, otot dan keterampilan gerak berlari, memanjat, melompat, berenang, naik sepeda main sepatu roda adalah kegiatan fisik dan keteampilan gerak yang banyak dilakukan anak. Perbedaan seks dalam pertumbuhan fisik menonjol dibanding tahun-tahun sebelumnya yang hampir tidak nampak.

B.   Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7 – 12 tahun), dimana konsep yang semula samar-samar dan tidakn jelas sekarang lebih konkret, mampu memecahkan masalah-masalah yang aktual, mampu berpikir logis. Berkurang rasa egosnya, menerima pandangan orang lain, materi pembicaraan lebih ditujukan kepada orang lain. Anak beroikir induktif, berpikir dari hal-hal yang khusus kemudian ditarik kesimpulan ke yang umum. Mareka memiliki pengretian yang lebih baik tentang kinsep ruang, sebab akibat, kategorisasi, konservasi, dan tentang jumlah. Anak mulai memahami jarak, hubungan antara sebab dan akinat yang ditimbulkan, kemampuan mengelompokkan benda berdasar kriteria tertentu, dan menghitung. Anak mampu mengklasifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri-ciri suatu objek.

C.   Perkembangan Bahasa

Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Bersamaan dengan masa sekola, anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja seperti memukul, melempar, menendang , atau menampar. Anak kelas saru merespon pertanyaan orang dewasa dengan jawaban yang lebih sederhana dan pendek.Menulis merupakan tugas yang dirasa lebih sulit daripada membaca bagi anak. Membaca memiliki peran penting dalam pengembangan bahasa.

D.   Perkembangan Bicara
Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berhubungan dengan orang lain. Bertambahnya kisa kata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki. Bila pada masa kanak-kanak awal anak berada pada tahap mengobrol, maka  kini kegiatan bicara makin berkurang. Pada umumnya anak perempuan berbicara lebih banyak daripada anak laki-laki karena anak laki-laki berpendapat bahwa terlalu banyak berbicara kurang sesuai dengan perannya sebagai laki-laki.

E.   Minat Membaca

Samapi usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama tetang cerita-cerita khayal. Pada usia 10 – 12 tahun perhatian membaca mencapai puncaknya.  Sifat ingin tahu pada anak laki-laki lebih menonjol daripada anak perempuan. Itulah sebabnya anak laki-laki cendrung menyukai hal-hal ang sifatnya menggemparkan, misterius dan kisah-kisah petualangan, sejarah, hobi dan sport. Sebaliknya anak perempuan lebih menyukai cerita kehidupan seputar rumahtangga, binatang, meskipun sifatnya lebih realistis dari sebelumnya, puisi, cerita dari kitab suci dan sebagainya.

F.   Perkembangan Moral

Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asih orang tuanya serta perilaku moral dari orang-orang disekitarnya. Pengembangan moral termasuk nilai-nilai agam merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk sikap dan kepribadian anak, misalnya mengenalkan anak pada nilai-nilai agama dan memberikan pengarahan terhadap anak tentang hal-hal yang terpuji dan tercela.

Enam tahap perkembangan moral:
  1. Tahap Pra-konvensional
Pada tahap pra-konvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang berlatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik buruk, benar-salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat fisik suatu tindakan.
  1. Tahap Konvensional
Pada tahap konevensional, memnuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama dianggap sebagai sesuatu yang berharg pada dirinya sendiri, anak tidak peduli apapun akan akibat-akibat langsung yang terjadi.  Sikap yang Nampak pada tahap ini  terlihat dari sikap ingin loyal, ingin menjaga, menunjang dan member justifikasi pada ketertiban.
  1. Tahap Pasca-Konvensional
Pada tahap paca-konevnsional ditandai dengan adanya usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang sahih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang memegang prinisp-prinisp tersebut, terlepas apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau tidak.

G.   Perkembangan Emosi

Emosi memaninakn peran yang penting dalam kehidupan anak. Akibat dari emosi ini juga dirasakan oleh fisik abaj terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang. Pegaulan yang semakin iuas membawa anak belajar bahwa ungkapan emosi yang kurang baik tidak diterima oleh teman-temannya. Anak belajar mengendalikan ungkapan-ungkapan emosi yang kurang dapat diterima, seperti: amarah, menyakiti perasaan teman, ketakutan dan sebagainya.

Perkembangan emosi pada masa kanak-kanak akhir  tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan social. Orang-orang disekitarnyalah yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya. Dunia sosioemosional anak menjadi semakin kompleks dan berbeda pada masa ini. Interaklsi dengan keluarga, teman sebaya, sekolah dan hubungan dengan guru memiliki peran yang pentingdalam hidup anak. Pemahaman tentang diri dan perubahan dalam perkembangan gender dan moral menandai perkembangan anak selama masa kanak-kanak akhir.

Ciri-ciri Emosi Masa kanak-kanak:
  1. Emosi  anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena emosi anak menampakkan dirinya di dalam kegiatan atau gerakan yang Nampak, sehingga menghasilkan emosi yang pendek, tidak seperti pada orang dewasa yang dapat berangsung lama. Emosi yang khusus pada anak-anak adalah: kesedihan, kemurungan, ketakutan, ketegangan, kebahagiaan, humor dan sebagainya
  2. Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini yterlihat bila anak: takut, marah atau sedang bersenda gurau. Mereka akan tampak marah seklai, takut sekali, tertawa terbahak-bahak meskipun kemudian cepat hilang.
  3. Emosi anak mudah berubah. Sering kita jumpai seorang anak yang baru saja menagis berubah menjadi tertawa, dari marah berubah tersenyum. Sering terjadi perubahan, saling berganti-ganti emosi, dari emosi susah ke emosi senang dan sebaliknya dalam waktu yang singkat.
  4. Emosi anak Nampak berulang-ulang. Hal ini timbul karena anak dalam proses perkembangan kea rah kedewasaan. Ia harus mengadakan penyesuaian terhadap situasi di luar, dan hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Anak sering menagis, sering marah, sering takut. Mungkin anak sehari menagis 7 kali, marah 5 kali dan seterusnya.
  5. Respon emosi anak berbeda-beda. Pada waktu bayi lahir, pola responnya sama. Secara berangsur-angsur , pengalaman belajar dari lingkungannya membentuk tingkah laku dengan perbedaan emosi secara individual.  Misalnya: anak yang dibawa ke dokter giri, responnya ada yang tertawa, ada yang menangis, ada yang tidak memperliahtkan reaksi apapun.
  6. Eomis anak dapat diketahui atai dideteksi dari gejala tingkah lakunya. Meskipun anak kadang-kadang tidak memperlihatkan reaksi emosi yang Nampak dan langsung, namun emosi itu dapat diketahui dari tingkah lakunya, misalnya melamun, gelisah, menghisap jari, sering menagis dan sebagainya.
  7. Eomsi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya. Suatu ketika emosi itu begiti kuat, kemudian berkuarng. Emosi yang lain mula-mula lemah kemudian beribah menjadi kuat. Misalnya: seorang anak memperlihatkan rasa malu-malu di tempat yang masih asing. Kemudian ketika ia sudah tidak merasa asing lagi rasa malunya berkurang atau bahkan hilang.
  8. Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional. Anak-anak memperlihatkan keinginan yang kuat terhadap apa yang mereka inginkan. Ia tidak mempertimbangkan bahwa keinginan itu merupakan  baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, juga tidak mempertimbangkan bahwa untuk memenuhi keinginannya itu memerlukan biaya yang tidak terjangkau oleh orangtuanya. Bila keinginannya tidak terpenuhi ia akan marah. Sebaliknya jika ia merasa senang, bahagia, tanpa melihat tempat dan waktu ia akan tersenyum atau tertawa, meskipun orang lain kadang-kadang tidak mengetahui apa yang dirasakan oleh anak.
H.   Perkembangan sosial
Bermain secara berkelompok memberikan peluang dan pelajaran kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesama teman. Permainan yang disukai cendrung bermain kelompok.
Pengaruh teman sebaya sangat besar baik yang bersifat positif seperti pengembagan konsep diri dan pembentukan diri maupun negative. Guru perlu mengamati dan mendengar apa yang dilakukan oleh siswa dan mencoba menganalisisnya bagaimana siswa berpikir.


By Dosen Pengampu : Hendro Widodo, M.Pd. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar