Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
A. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah gagasan atau keseluruhan gambaran tentang
diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat
diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan
bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita
harapkan.
B. Dimensi Konsep Diri
1. Pengetahuan (kognitif). Dimensi
pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri atau
penjelasan dari ”siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran
mengenai diri sendiri akan membentuk citra diri (self image). Dimensi
pengetahuan dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang
diri kita sebagai pribadi, seperti ”saya pintar”, ”saya cantik”, ”saya anak
baik”, dan seterusnya.
2. Harapan. Dimensi kedua dari konsep
diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-citakan di masa depan. Ketika
kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita sebenarnya, pada saat yang
sama kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi
apa diri kita di masa mendatang. Singkatnya, kita juga mempunyai pengharapan
bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal)
atau diri yang dicita-citakan.
3.
Penilaian. Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita
sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau
kewajaran kita sebagai pribadi. Menurtu Calhoun dan Acocella (1990), setiap
hari kita berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah
kita bertentangan: a) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi
apa), b) standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya
menjadi apa). Hasil dari penilaiantersebut membentuk apa yang disebut dengan
rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita meyukai diri sendiri. Orang yang
hidup dengan standar dan harapan-harapan untuk dirinya sendiri – yang menyukai
siapa dirinya, apa yang sedang dikerjakannya, dan akan kemana dirinya – akan
memiliki rasa rasa harga diri yang tinggi
(high self-esteem). Sebaliknya, orang yang terlalu jauh dari
satndar dan harapn-harapannya akan memiliki rasa harga diri yang rendah (low
self esteem). Dengan demikian dapat dipahami bahwa penilaian akan membentuk
penerimaan terhadap diri, serta harga diri seseorang.
C.
Konsep
Diri Positif dan Konsep Diri Negatif
1.
Konsep
diri negatif
Menurut Colhoun dan Acocella (1995) individu yang
mempunyai konsep diri negatif umumnya memiliki sedikit pengetahuan tentang
dirinya sendiri, biasanya memiliki pandangan tentang dirinya yang sedikit, tidak
memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, benar-benar tidak tahu siapa
dirinya, kekuatannya dan kelemahannya. Konsep diri bisa terlalu stabil atau
kaku, mungkin karena didikan yang sangat keras. Individu tersebut menciptakan
citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari aturan. Keadaan inilah
yang menyebabkan kecemasan yang mengancam dirinya.
Harapan individu yang mempunyai konsep diri negatif
tidak realistis. Individu ini mempunyai sedemikian rupa sehingga dalam
kenyataannya ia tidak mencapai apapun yang berharga. Bila ia mengalami kegagalan,
maka kegagalan ini akan merusak dirinya sendiri. Individu ini menjebak dan
menghantam dirinya sendiri.
Individu yang mempunyai konsep diri negatif akan
memberi penilaian terhadap dirinya juga negatif. Apapun keadaan dirinya, tidak
pernah cukup baik. Apapun yang diperolehnya tampak tidak berharga dibanding
dengan apa yang diperoleh orang lain. Individu ini sering menghadapi kecemasan
karena menghadapi informasi tentang dirinya yang tidak diterimanya dengan baik
dan mengancam dirinya.
Individu yang mempunyai konsep diri negatif mempunyai
pengertian tidak tepat tentang dirinya, pengharapan yang tidak realistis dan
harga diri yang rendah. Individu ini memandang dirinya tidak punya potensi dan
mempunyai motivasi yang rendah untuk belajar, mudah cemas dan putus asa, kurang
mampu mengaktualisasikan potensinya, sensitif dan mudah curiga. Individu dengan
konsep diri negatif menganggap suatu keberhasilan diperoleh bukan karena
kemampuannya tapi karena suatu kebetulan atau nasib semata.
2.
Konsep
diri positif
Individu yang mempunyai konsep diri positif mengenal
dirinya dengan baik. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi.
Indvidu ini dapat menyimpan informasi tentang dirinya sendiri baik positif atau
negatif. Individu dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima
sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya.
Pengahrapan individu yang berkonsep diri positif
dirancang dengan tujuan-tujuan yang sesuai dengan realistis. Artinya memiliki
kemunginan besar untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Individu ini dapat
menghadapi kehidupan di depannya. Indvidu dengan konsep diri positif dapat
tampil ke depan dengan bebas, ia akan bertindak dengan berani, spontan dan
memperlakukan orang lain dengan hangat serta hormat. Individu ini memandang hidup
lebih menyenangkan dan penuh harapan.
Konsep diri positif cukup luas untuk menampung seluruh
pengalaman mental individu, penilaian tentang dirinya menjadi positif. Individu
ini dapat menerima dirinya apa adanya dan juga dapat menerima orang lain apa
adanya.
Individu yang mempunyai konsep diri positif, memiliki
pengertian yang luas dan bermacam-macam tentang dirinya, pengharapan yang
realistis dan harga diri yang tinggi. Individu ini akan mampu mengatasi dan
mengarahkan dirinya, memperhatikan dunia luar.
Kemampuan ini dalam berinteraksi dengan lingkungan sangat
bagus. Inidvidu berkonsep diri positif sangat menghargai dirinya dan orang
lain, spontan dan orisinil, bebas dan dapat mengantisipasi hal-hal negatif,
bebas mengemukakan pendapat, memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai
prestasi serta mampu mengaktualisasikan potensinya
D.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Konsep Diri
1.
Usia.
Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri akan dibentuk.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman yang diperoleh seseorang
sehingga akan semakin mempengaruhi luasnya wawasan kognitif. Selanjutnya akan
menentukan bagaimana persepsi seseorang terhadap pengalamannya dan akhirnya
turut juga berpengaruh dalam mempersepsi dirinya.
2.
Peran
seksual. Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri
apakah ia termasuk laki-laki ataukah perempuan. Peran seksual akan mempengaruhi
perkembangan konsep diri individu. Itu berarti, peran seksual yang diterapkan
pada seorang anak lambat-laun akan membentuk konsep diri anak. Misalnya,
seorang anak perempuan tunggal yang mempunyai beberapa saudara laki-laki, dapat
dimungkinkan bahwa lambat laun akan berperilaku seperti layaknya laki-laki,
bahkan konsep dirinya juga dibangun dalam kerangka konsep laki-laki. Perbedaan peran
kedua jenis kelamin tersebut mengakibatkan adanya perbedaan perilaku terhadap
laki-laki dan perempuan. Perbedaan perilaku terhadap kedua jenis kelamin ini
telah diterapkan sejak diri pada kehidupan anak. Orangtua akan memberikan
perlakuan yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Orangtua
mengajarkan anak laki-laki untuk bersikap sebagai makhluk kuat, mandiri,
bertanggung jawab, dan harus melindungi perempuan dan anak-anak. Orangtua
mengajarkan anak perempuan untuk bersikap lemah lembut, emosional, patuh,
pasif, dan harus dilindungi. Perbedaan perilaku tersebut akan membentuk konsep
diri sesuai dengan jenis kelaminya.
3.
Keadaan
fisik. Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi
seseorang, khususnya bagi seorang wanita. Ini disebabkan keadaan fisik memegang
peranan penting dalam pembentukan konsep diri. Gambaran fisik dipahami melalui
pengalaman langsung dan persepsinya mengenai tubuhnya sendiri. Adanya
ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan mempengaruhi konsep diri secara tidak
langsung. Dengan kata lain, proses evaluasi tentang tubuhnya didasarkan pada
norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian yang positif terhadap
keadaan fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun dari orang lain sangat
membantu perkembangan konsep diri yang positif.
4.
Sikap-sikap
orang di lingkungan sekitarnya. Roger (1961) menyatakan bahwa perkembangan konsep diri
ditentukan oleh interaksi yang terbentuk antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Ini berhubungan dengan feed back atau umpan balik yang diberikan
oleh orang-orang disekitarnya terhadap perilaku individu tersebut. Umpan balik
yang diberikan orang dilingkungannnya akan mempengaruhi konsep diri indvidu.
Jika umpan balik yang diberikan orang-orang di lingkungannya menunjukkan
penerimaan maka individu merasa diterima dan akan membantu perkembangan konsep
diri ke arah positif. Tetapi jika umpan balik yang diberikan oleh orang-orang
dlingkungannya menunjukkan penolakan, individu akan merasa terabaikan,
terasing, merasa rendah diri, dan akan membentuk konsep diri yang negatif.
5.
Figur-figur
bermakna. Banyak figur yang bermakna bagi individu yang pada
intinya memberi pengaruh pada dirinya, baik melalui umpan balik ataupun melalui
perilaku yang kemudian diinternalisasikannya. Figur-figur tersebut memberi
pengaruh yang sangat terasa dalam pembentukan dan perkembangan konsep diri.
Figur bermakna biasanya orang yang mempunyai arti khusus bagi individu meliputi
orangtua, angota keluarga, guru, teman, pacar dan tokoh idola.
E.
Karekteristik
Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik\
1.
Karakteristik
Konsep Diri Anak Usia Sekolah
Pada awal
masuk SD, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak. Hal ini mungkin
disebabakan oleh tuntutan baru dalam akademik dan perubahan sosial yang muncul
disekolah. SD banyak memberikan perubahan kesempatan kepada anak-anak untuk
membandingkan dirinya dengan teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara gradual menjadi lebih realistis.
Menurut
Santrock (1995), perubahan-perubahan dalam konsep diri anak selama tahun-tahun
SD dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik konsep diri, yaitu:
a.
Karakteristik
Internal
Berbeda
dengan anak-anak prasekolah, anak usia SD lebih memahami dirinya melalui
karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal. Penelitian F.
Abound dan S. Skerry (1983) menerumakan bahwa anak-anak kelas dua jauh lebih
cenderung menyebutkan karakteristik psikologis (seperti sifat-sifat
kepribadian) dalam pendefinisian diri mereka dan kurang cendrung menyebutkan
karakteristik fisik (seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya, anak usia 8
tahun mendeskripsikan drinya sebaga: ”Aku seorang yang pintar dan terkenal”.
Anak usia 10 tahun berkata tentang dirinya: ”Aku cukup lumayan tidak khawatir
terus menerus, Aku biasanya suka marah, tetapi sekarang aku sudah lebih baik.
b.
Karakteristik
aspek-aspek sosial
Selama tahun-tahun SD, aspek-aspek sosial dari pemahaman dirinya juga
meningkat. Dalam suatu investigasi, anak-anak SD seringkali menjadikan
kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi mereka. Misalnya,
sejumlah anak mengacu diri mereka sebagai Pramuka perempuan, sebagai seorang
yang memiliki dua sahabat karib.
c.
Karakteristik
perbandingan sosial
Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka
dari orang lain secara komparatif daripada secara absolut. Misalnya, anak anak
usia SD tidak lagi berpikir tentang apa yang ”aku lakukan’ atau yang ”tidak aku
lakukan”, tetapi cenderung berpikir tentang ”apa yang dapat aku lakukan
dibandingkan dengan ”apa yang dapat dilakukan oleh orang lain”.
2.
Karakteristik
Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)
a. Abstract and idealistic.
Pada masa remaja, anak-anak lebih mungkin membuat gambaran tentang diri
mereka dengan kata-kata yang abstrak dan idealistik.
b. Differentiated
Konsep diri remaja bisa menjadi semakin terdiferensiasi. Dibandingkan
dengan anak yang lebih muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya
sesuai dengan konteks atau situasi yang semakin terdiferensiasi.
c. Contradictions within the self
Setelah remaja mendeferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan
dalam konteks yang berbeda-beda, kaka muncullah kontradiksi antara diri-diri
yang terdeferensiasi ini.
d. The Fluctiating Self
Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya memunculkan
fluktuasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan.
Diri remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga masa di mana remaja
berhasil membentuk teori mengenai dirinya yang lebih utuh, dan biasanya tidak
terjadi hingga masa remaja akhir, bahkan hingga masa dewasa awal.
e. Real and Ideal, True and False Selves
Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan diri ideal mereka di
samping diri yang sebenarnya. Kemampuan utnuk menyadari adanya perbedaan antara
diri yang nyata dengan diri yang ideal menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
kognitif dan adanya perbedaan yang terlalu jauh antara diri yang nyata dengan
diri ideal menunjukkan ketidakmampuan remaja untuk menyesuaikan diri.
f. Social
Comparison
Remaja lebih sering
menggunakan social comparison (perbandingan social) untuk mengevaluasi diri
mereka sendiri. Namun, kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri mereka
cenderung menurun pada masa remaja karena menerut mereka perbandingan social
itu tidaklah diinginkan Namun, kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri mereka
cenderung menurun pada masa remaja karena menerut mereka perbandingan social
itu tidaklah diinginkan
g. Self-Conscious
Remaja lebih sadar akan
dirinya dibandingkan dengan anak-anak dan lebih memikirkan tentang pemahaman
diri mereka.
h. Self-protective
Remaja juga memiliki
mekanisme untuk melindungi dan mengembagkan dirinya. Dalam upaya melindungo
dirinya, remaja cendrung menolak adanya karakteristik negatif dalam diri
mereka.
i. Unconscious
Konsep diri remaja
melibatkan adanya pengenalan bahwa komponen yang tidak disadari termasuk dalam
dirinya, sama seperti komponen yang disadari. Pengenalan seperti ini tidak
muncul hingga masa remaja akhir. Artinya, remaja yang lebih tua, yakin akan
adanya aspek-aspek tertentu dari pengalaman mental dari mereka yang berada di
luar kesadaran atau control mereka dibandingkan dengan remaja yang lebih muda.
j. Selfintegration
Terutama pada masa
remaja akhir, konsep diri menjadi lebih terintegrasi, dimana bagian yang
berbeda-beda dari diri secara sistematik menjadi satu kesatuan. Remaja yang
lebih tua, lebih mampu mendeteksi adanya ketidakkonsistenan.
F. Implikasi
Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik terhadap Pendidikan
1.
Membuat siswa merasa mendapat dukungan
dari guru
Dukungan
guru dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional (emotional support),
seperti ungkapan empati, kepedulian, perhatian, dan umpan balik. Dapat juga
dengan dukungan penghargaan (esteem support), seperti melalui ungkapan
hormat (penghargaan) positif terhadap siswa, dorongan untuk maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan siswa dan perbandingan positif antara
satu siswa dengan siswa lain
2.
Membuat
siswa merasa bertanggung jawab
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat
diartikan sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa Memberi
kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat
diartikan sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa
3.
Membuat
siswa merasa mampu
Dapat
dilakukan denga cara menunjukkan sikap dan pandangan yang positif terhadap
kemampuan yang dimiliki siswa. Guru harus berpandangan bahwa semua siswa pada
dasarnya memiliki kemampuan, hanya saja mungkin belum dikembangkan
4.
Mengarahkan
siswa untuk mencapai tujuan yang realistik
Penetapan
tujuan yang realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian di
masa lampau, sehingga pencapaina prestasi sudah dapat diramalkan dan siswa akan
terbantu untuk bersikap positif terhadap kemampuan dirinya sendiri
5.
Membantu
siswa menilai diri mereka secara realisitik
Guru perlu
membantu siswa menilai prestasi siswa secara realistis, yang membantu rasa
percaya akan kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas sekolah dan
meningkatkan prestasi belajar di kemudian hari.
6.
Mendorong
siswa agar bangga dengan dirinya secara realistik
Upaya yang
dilakukan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik adalah dengan
memberikan dorongan kepada siswa agar bangga atas prestasi yang dicapai. Ini
merupakan salah satu kunci untul menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan
yang dimiliki.
By Dosen Pengampu : Hendro Widodo, M. Pd.
bang, daftar pustaka ada gak ?
BalasHapusreferensi dri buku apa ini kak?
BalasHapus