Perkembangan Abnormal
A.
Makna
Perkembangan Abnormal
Perkembangan
Abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja. Perkembangan abnormal
juga berkaitan dengan perkembangan yang lebih cepat atau lebih bagus dari pada
rata-rata. Misalnya: anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau
disebut anak berbakat. Oleh karena itu, dalam penyajian ini perkembangan anak
luar biasa, khususnya anak jenius atau berbakat disajikan dalam satu kesatuan
dalam perkembangan abnormal.
B. Kriteria
Perilaku Abnormal
Ada beberapa kriteria
yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara lain:
1.
Statistical infrequency
·
Perspektif ini menggunakan
pengukuran statistik dimana semua variabel yang akan diukur didistribusikan ke
dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang
akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada
distribusi di kedua ujung kurva.
·
Digunakan dalam bidang medis
atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi,
keterampilan membaca, dsb.
·
Namun, kita jarang menggunakan
istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang
mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius.
·
Tidak selamanya yang jarang
terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar
biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi lain sehingga
dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal.
2.
Unexpectedness
·
Biasanya perilaku abnormal
merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya
seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan
gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia.
Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi
keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak
diharapkan terjadi.
3. Violation of norms
·
Perilaku abnormal ditentukan
dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi.
·
Jika
perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika
bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal.
·
Kriteria
ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada
norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun
1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual
tidak lagi dianggap abnormal.
·
Walaupun
kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal
sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan
abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma
masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal.
4. Personal distress
·
Perilaku dianggap abnormal jika
hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu.
·
Tidak
semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat
yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah
atau kecemasan.
·
Juga tidak
semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang
sakit karena disuntik.
·
Kriteria
ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress
seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
5.
Disability
·
Individu mengalami ketidakmampuan
(kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya.
Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah
mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik,
sosial atau pekerjaan.
·
Tidak begitu jelas juga apakah
seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang
yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual
dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan
seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah
seksual.
Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa
perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang
secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi
sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa
abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya
serta waktu.
C.
AUTISME
Kata autis
berasal dari bahasa Yunani “auto”
berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala “hidup dalam dunianya sendiri”. Autis
adalah gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya abnormal yang
muncul sebelum usia tiga tahun dengan ciri fungsi yang abnormal dalam tiga
bidang yaitu kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Mereka tidak
mampu mengekspresikan perasaan maupun keinginannya, yang mengakibatkan perilaku
dan hubungannya dengan orang tua terganggu.
D.
GEJALA-GEJALA
AUTIS
1. Terjadi gangguan komunikasi verbal
maupun non-verbal seperti terlambat bicara, sering meniru (echolalia),
sering menarik tangan orang didekatnya
agar melakukan sesuatu untuknya.
2. Terjadi gangguan interaksi sosial seperti menghindari tatapan mata orang
lain, lebih asyik bermain sendiri, dan menolak bila dipeluk.
3. Gangguan pada perilaku yang berlebihan (excessive), misalnya tak
bisa diam dan mengulang-ulang gerakan tertentu. Atau
gangguan perilaku kekurangan (deficient), misalnya diam dengan tatapan
mata kosong, bermain secara monoton.
4. Terjadi gangguan emosi, yakni tak ada atau kurangnya empati, tertawa-tawa,
menangis atau marah-marah sendiri, dan sering mengamuk.
5. Terjadi gangguan persepsi sensoris seperti suka mencium-cium atau
menjilat-jilat benda apa saja, tak bisa mendengar suara keras, dan tak mau
diraba.
E.
ANAK
BERBAKAT
Peserta
didik yang mampu menumbuhkembangkan berbagai potensi kemanusiaannya pada taraf
yang tinggi disebut sebagai peserta didik yang berbakat. Keberbakatan merupakan
konsep yang berakar bilogis, yang menunjuk pada adanya taraf yang tinggi dari
inteligensi sebagai hasil integrasi fungsi-fungsi otak, meliputi penginderaan,
emosi, kognisi dan intuisi. Keberbakatan dengan demikian merupakan potensi anak
yang terlihat dari kreativitas verbal maupun non verbal.
Anak
berbakat ialah anak yang mencapai kemampuan superior dalam suatu bidang yang
dianggap bernilai oleh masyarakat. Dilihat dari skor IQ, anak berbakat berada
dalam skore 135 s/d 200, mempunyai prestasi yang tinggi dalam belajar dan
penonjolan yang luar bisa dalam bidang tertentu.
Ciri-ciri
anak berbakat:
1. Ciri fisik sehat dan perkembangan psikomotori lebih cepat dari rata-rata,
terutama dalam kemampuan koordinasi
2. Ciri mental intelektual: usia mental lebih tinggi dari pada rata-rata anak
normal. Daya tangkap dan pemahaman lebih cepat dan luas. Dapat berbicara lebih
dini. Hasrat ingin tahu lebih besar, selalu ingin mencari jawab. Kreatif,
mandiri dalam bekerja dan belajar serta mempunyai cara belajar yang khas
3. Ciri mental emosional; mempunyai kepercayaan diri yang kua, persisten
sampai keinginannya terpenuhi atau gigih. Peka terhadap situasi di sekitarnya,
senang terhadap hal-hal yang baru dan ciri ini dapat berkembang menjadi negatif
bosan dengan hal-hal rutin, egois dan sebagainya.
4. Ciri sosial: senang bergaul dengan anak yang lebih tua, suka bermain dengan
permainan yang mengandung pemecahan masalah, suka bekerja sendiri, sukar
bergaul dengan teman sebaya, sukar menyesuaikan diri.
5. Anak berbakat selalu rasional, responsif, senang belajar, kreatif,
orisinil, apresiatif, elaboratif serta menerapkan metode ilmiah.
F.
PROGRAM
PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERBAKAT
1. Pengayaan atau enrichment adalah pembinaan anak berbakat dengan penyediaan
kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat ekstensif dan intensif.
Pengayaan diberikan kepada anak setelah yang bersangkutan menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan untuk anak-anak sekelasnya. Pengayaan dapat
diberikan seperti tugas perpustakaan, independent study, proyek penelitian,
studi kasus dsb
2. Percepatan atau akselerasi yaitu cara penanganan anak berbakat dengan
memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler
dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi bentuk percepatan ini antara
lain adalah:
a. Eraly admission atau masuk lebih awal,
b. Advanced placement atau naik kelas sebelum
waktunya, mempercepat kenaikan kelas, advanced courses atau mempercepat
pelajaran atau merangkap kelas dll.
3. Pengelompokan khusus atau segregation yang dapat dilakukan sepenuhnya atau
sebagian yaitu bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan
untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
potensinya.
By Dosen Pengampu : Hendro Widodo, M.Pd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar